Friday 21 July 2017

Nutrisi Otak Untuk Pemulihan Anak Spesialku

Assalamualaikum ayah, bunda, dan semua pembaca sekalian.

Senang rasanya saat saya bisa menyempatkan diri untuk menulis di blog ini. Semoga isinya selalu bisa memberikan inspirasi dan informasi yang baik, ya 😊 

Seperti yang sudah saya infokan di postingan saya sebelumnya, saya adalah ibu dari anak berkebutuhan khusus yang seiring berjalannya waktu mulai banyak sekali jumlah anak yang memerlukan uluran tangan dan bantuan lebih dari anak-anak normal lainnya. Tentu banyak sekali faktor kemunculannya, bisa dari akibat terpapar virus sebelum sang ibu merencanakan kehamilan (TORCH), saat hamil si calon ibu malah terjangkit penyakit yang malah menularkan dan mampu memberikan dampak yang lebih vatal ke janin, saat awal mula kelahiran si bayi ternyata ada kendala / masalah yang membahayakan hidupnya, atau bisa jadi saat sudah lahir dan semula sehat namun si anak mengalami masalah yang menyebabkan kondisinya mulai menurun dalam artian pencapaian kognitif maupun perkembangan motorik selama hidupnya akhirnya terhenti atau tiba-tiba mengalami kemunduran menjadikan dirimnya perlu bantuan terapis untuk memperbaiki pola hidupnya. Dan masih banyak lagi yang saya pribadi belum mengetahuinya sebab-akibatnya.

Nah, saya sendiri saat sudah melahirkan tidak diberitahu kondisi anak saya secara detail (tersirat saja seperti bahasa dokter yang sepertinya hanya dokter saja yang akan paham). Walaupun saya sudah merasa (mungkin naluri ibu) bahwa anak saya saat terlahir ke dunia sangat unik wujudnya ketimbang bayi lainnya. Contohnya dari segi mukanya tampak seperti bayi down syndrome yang memang ciri fisik yang hampir terlihat sama, selain itu telapak tangan dan kakinya gemulai dan lentik tidak sekalipun pernah terlihat mengepal keras. Namun, masih saja saja berpikiran positif karena anak saya terlihat sehat saat dibawa pulang. Barulah terlihat kejanggalan dimulai pada usia masuk 5 bulan seperti tidak adanya kontak mata, belum bisa tengkurep, dan perkembangan lainnya yang seharusnya sudah bisa namun dia belum bisa juga. Neneknya meyakinkan saya bahwa setiap anak tumbuh kembangnya berbeda, tapi saya kekeh dan yakin kalau anak saya sepertinya bukan hanya memiliki masalah terlambat tumbuh kembang biasa.

Akhirnya saya mulai menanyakan kondisinya lebih serius kepada dokter spesialis anak dan mulai dirujuk untuk melakukan serangkaian pengecekan organ vitalnya seperti otak, jantung, paru-paru, sampai penglihatan, pendengaran, dll. Akhirnya anak saya dicap dengan beragam diagnosa yang membuatku sakit kepala, yang paling tidak saya terima adalah dikatakan tersangka syndroma dan cerebral palsy, cacat otak yang tidak bisa disembuhkan. Sungguh hancur saya mendengar dokter berkata seperti itu. Namun saya bangkit, tidak mau menyerah begitu saja karena anak ini bisa saja memiliki harapan yang tidak terkira.  Sejak itu anak saya saya daftarkan terapi, juga didaftarkan pijit tradisional, pengobatan tradisional seperti akupuntur, totok, juga tidak lupa asupan vitamin yang beraneka ragam fungsinya. 

Alhamdulillah, dengan ikhtiar kesembuhan atau paling tidak kemandirian anak saya, sedikit demi sedikit dia pun berkembang. Walaupun masih terbilang lamban dibandingkan seumurannya, tapi saya bersyukur anak saya tidak lebih mengkhawatirkan daripada anak-anak yang hanya bisa berbaring saja. Saya jadi semakin diingatkan untuk lebih bersyukur bahwa anak saya masih sehat, dan juga dikelilingi kerabat yang mau menerima serta membantu dalam hal doa, dukungan, bahkan uluran dana. 

Saat ini, selain rajin terapi seminggu sebanyak 3 x, anak saya juga sesekali saya daftarkan akupuntur. Bahkan sejak usianya 1 tahun saya sudah rajin memberinya herbal yang dipercaya baik untuk yang memiliki problem saraf pusat (otak). Brainking Plus namanya. Botolnya mungil, berisi cairan hitam pekat yang dapat diteteskan dengan pipet pada tutup botolnya. Rasanya yang cenderung manis tidak mempersulit saya meneteskannya ke anak saya. Oiya, tetesan akan lebih baik jika dilakukan di balik lidah yang dipercaya banyak saraf yang memiliki sifat lebih bisa cepat menyalurkannya ke yang sakit-sakit. 


Harganya terbilang tidak murah, namun dilihat dari bagaimana perkembangan anak saya dari awal dia mendapat serentetan diagnosa, serta serangkaian terapi, setelah diberikan herbal ini alhamdulillah mengalami perubahan yang lebih berarti dan berapapun dana keluar menjadi sungguh sebanding dengan hasil pencapaiannya. Ya, kesembuhan datangnya dari Allah, namun usaha dan ikhitar bisa dilakukan oleh semua umatNya.  Maka dengan dirajinkan terapi dan juga dibantu dengan herbal Brainking Plus, semoga perkembangan lebih maksimal lagi, aaamiiiin.

Ayah atau bunda sekalian mungkin ada yang ingin tanya-tanya sekedar sharing atau ingin mengetahui kondisi anak saya saat ini ataupun malah ingin konsumsi Brainking Plus juga untuk pribadi maupun anggota keluarga tercintanya. Brainking Plus dipercaya bisa memulihkan penyakit kronis lainnya seperti kanker rahim, diabetes, jantung, stroke, dll. Maka untuk lebih lengkapnya silahkan ya bisa kontak saya langsung ke 08179834863 (bisa wa). Dimulai dari memberikan manfaat yang baik semoga mendatangkan pula kebaikan untuk kita bersama, aaaminnn.

Semua testimonial bisa dilihat di http://tinyurl.com/bigkingscience atau bisa di website www.bkingscience.com

Demikian, terima kasih. 

Tuesday 18 July 2017

Suplemen Kesehatan, S.Lutena Andalanku..

Assalamualaikum wr.wb. Hai semua, apa kabarnyaaaa ? 

Waah, sudah lumayan lama juga saya ga nulis di Blog ini. Walau hanya beberapa kalimat saja, kali ini akan saya sempetin nulis eh ngetik, deh.. 😆 Semoga isinya bermanfaat, ya!.

Alhamdulillah saat ini saya sehat dan akhir-akhir ini saya mulai beraktifitas kembali menjadi wanita karir dari yang sebelumnya (sekitar setahun) saya menjalani tugas dan kewajiban saya (yang ternyata lebih lelah) sebagai ibu rumah tangga. Selain mengurus suami dan anak (baru 1 anak, sih, dan anak ini anak kebutuhan khusus), mengerjakan pekerjaan rumah dan segala pritilan yang menguras tenaga ternyata bisa kupercayai lebih membutuhkan banyak istirahat yan cukup. Apalagi seperti yang sudah saya beritahu bahwa anak saya adalah anak berkebutuhan khusus. Usianya saat ini masuk 2 tahun, dan dirinya pasti membutuhkan tenaga banyak orang dan juga waktu yang tidak diketahui hingga kapan untuk dapat memperoleh penanganan khusus dari beberapa pihak seperti keluarganya sendiri, terapis, dan juga beberapa spesialis dokter anak untuk membantu hidupnya mandiri maupun 'goal'nya adalah bisa memiliki kemampuan seperti anak seusianya (ini misteri Illahi). 

Nah, berhubung aku pernah merasakan antara menjadi wanita pekerja dan juga ibu rumah tangga, akhirnya aku bisa menentukan diriku harus bekerja. "Eh, loh, kenapa kerja lagi ?", "Ga sayang anak, ya ?", "Anaknya kan berkebutuhan khusus, gak apa-apa ditinggal ?", "Bukannya anaknya lebih membutuhkan ibunya ?", Kok malah kerja lagi , sudah bagus bisa jaga anak, kan ?".

Banyak pertanyaan yang datang kepadaku seperti contoh yang saya jabari tersebut setelah aku memutuskan bekerja kembali pada awal tahun 2017. Alhamdulillah-nya saya diberikan kesempatan dan rezeki oleh Allah SWT untuk bekerja di tempat yang dekat dengan tempat sekarang saya tinggal, yakni di rumah orang tua (aduh, ketahuan masih numpang..).

Tapi, keputusan saya ini jelas setelah proses pemikiran yang panjang dan berujung dengan solusi : "Oke, saya harus kerja lagi!". Dan alasannya adalah selain saya bukan istri dari seorang jutawan alias hanyalah istri seorang karyawan biasa, jelas kondisi keuangan yang jadi pikiran utama saya. "Loh, bukannya rezeki suami-istri sudah ada jaminannya ? " Yaaaaa, pertanyaan ini gak bisa saya anggap salah juga. Cuma, saya berpikiran realisitis saja kalau rezeki berkecukupan, Inshaa Allah tercukupi. Tapiiiiii, kebutuhan lain-lainnya anak berkebutuhan khusus itu ada banyak sekali. Misalnya, biaya ke dokter untuk periksa kondisi kesehatannya seperti cek darah, mata, jantung, ortopedi maupun kondisi yang dianggap dokternya memiliki kelainan tertentu yang perlu dikontrol secara rutin. BPJS? Bisa saja, tapi kan gak semua bisa dicover. Pasti ada saja yang perlu membutuhkan dana konkrit. Dan lagi jika saat kondisi anak sedang kritis, antrian BPJS yang terkadang tidak masuk akal bisa jadi option kedua sehingga dana pun akhirnya perlu keluar secara mendadak. 

Kemudian biaya terapi, yang alhamdulillah sekarang bisa dicover BPJS. Namun itupun masuk sistem antrian dulu (Waw, dari sini ketahuan ternyata anak berkebutuhan khusus ada banyak sekali, ya.). Jadi, bagi saya yang sangat mengerti arti penting 'golden age' pada anak, terapi yang masih dalam masa antri tersebut jika menggunakan BPJS akhirnya harus rela mengeluarkan dana sendiri terlebih dahulu di tempat terapi lain yang non BPJS. Dalam hal ini walaupun tidak rutin dan sambil melihat kondisi keuangan yang ada, biasanya saya ganti pula dengan pengobatan alternatif seperti akupuntur, totok saraf, dll. 

Namanya juga usahaaaaa.. Walaupun banyak yang bilang anak saya tidak akan mungkin bisa sama seperti anak lainnya tapi optimis itu perlu sekali. Minimal sampai anaknya mampu hidup mandiri, sehingga di kemudian hari, kami sebagai orang tua tidak perlu mengkhawatirkan kehidupannya kelak.

Oiyaaa, baru dimulai dari bulan ini, saya memberikan anak saya suplemen makanan yang saya yakini bisa menambah asupan gizi anak saya yang bisa dibilang menderita masalah pada otak, istilahnya adalah 'Cerebral Palsy'. Anak-anak dengan kondisi ini biasanya bermasalah dengan sistem pencernaan jadi cenderung susah makan, susah naik berat badan, sehingga badannya kuruuuuus sekali. Nah, suplemen ini namanya S.Lutena.

S.Lutena sendiri aslinya ada nama lainnya juga, S. Lutein dan Super Lutein. "Kenapa beda nama ? Apa palsu ?". Usut punya usut sebenarnya ketiganya memiliki khasiat yang sama dan juga diproduksi dari negara yang sama juga, yaitu negara Jepang. Jadi cuma namanya saja yang berbeda tergantung di negara mana suplemen ini dijual. Karena dijual di berbagai negara, naaah yang di Indonesia ini namanya S.Lutena karena (katanya) tidak diperbolehkan ada kata 'super' pada sebuah produk dan tidak boleh dipergunakan kata 'lutein' karena ini adalah sebuah kandungan (80% untuk mata).

Anak saya memang bermasalah dengan mata, selain minus, sarafnya terutama saraf mata kiri kurang berfungsi. Itulah mengapa saya memilih suplemen S.Lutena ini karena kandungannya yang banyak mengandung lutein ini dinyatakan sangat bagus untuk memperbaiki fungsi mata. Setelah mulai membeli S.Lutena, saya pun mendapatkan brosur serta beragam info dari si agen penjualnya. Setelah mencoba mengkonsumsikan ke anak saya selama hampir 2 minggu, akhirnya saya pun melihat beberapa manfaat yang muncul secara perlahan. Selain itu, saya juga tertarik membagikan info manfaat S.Lutena ini ke khalayak. Eh, eh, bisa juga untuk proses pemulihan beragam penyakit juga. Naaah, makanya hebat kan, apalagi suplemen ini dari negera Jepang yang terbukti paling oke dalam hal gaya hidupnya.

Semoga dengan adanya tulisan blog ini, Bapak/Ibu sekalian yang membaca juga penasaran dan tertarik mengkonsumsinya. Kalau mau info produknya lebih lanjut atau ingin coba konsumsi, boleh hubungi saya ke 08179834863. Dijamin asli karena tidak mungkin saya membeli yang palsu padahal saya mengikhtiarkan juga ke anak saya yang berkebutuhan khusus. Semoga info yang bermanfaat ini dapat memberikan sejuta kebagian dan rezeki kepada kita semua, aaaamiiiin. Demikian, wasalam wr.wb.


Salam, 
Aku (@arkina_mei , @xantriga , @iroiro_stuff )



   

Monday 1 May 2017

Special Needs Mom In Action!

Waw..waw..,  sekitar 7 tahun lamanya ternyata aku ga pernah cek blog ini gara-gara jam terbang tinggi (fiuhhh, maksudnya sibuk nonton dorama Korea doang sih, wkk.. 😝). Lihat postingan lamaku kok banyak banget cerita yang ternyata "alay" (hahahahaaa ga penting dan ga sarat makna gitu deh). Jadilah sebelum mulai nulis postingan yang ini, aku terpaksa seleksi dan hapus-hapusin dulu yang kurang oke cerita. Dan ternyata hampir separuhnya! (waduh..) 😌.

Semoga mulai saat ini postingan aku lebih oke lagi ya isinya. Nah, sebelum posting 'pendinginan', ada baiknya posting 'pemanasan' dulu, nih. Itung-itung latihan nulis lagi deh. Ga berat kok temanya, cuma perkenalan kembali si empunya blog ini (yeay!)😙.

Mengenai aku pribadi, selain bisa dilihat dari biodata, dari pertama bikin blog ini memang pas banget baru lulus kuliah, terus juga masih single, masih tepe-tepe (tsaaaah), sempet jadian pula sama temen 1 sekolah-lah, brondong kenalan temen kantor-lah, dan sekarang akhirnya aku udah punya STATUS BARU, loh!. Ga lain ga bukan adalah wanita yang sudah merit dan punya anak (wihiii, prok..prok..prok).

Yap, kalau dulu pas baru punya blog ini aku masih sibuk cari-cari pekerjaan, sekarang selain berkarir, ternyata aku juga seorang istri, seorang ibu dari 1 anak laki-laki yang saat ini usianya masuk 22 bulan. Dan alhamdulillah ternyata aku dikaruniai seorang anak yang memiliki keterbatasan 😃.

Lalu, apa sih maksudnya anak yang memiliki keterbatasan atau lebih sering dikenal dengan sebutan anak berkebutuhan khusus (disingkat ABK) ?

Baiklah, berhubung dikaruniai 'anak spesial' (sebutku demikian), malah membuatku jadi semakin belajar bersyukur, mulai belajar dan terus mencari tau sebab-akibat mengapa ada dan tercipta ABK ini. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) secara fisik, psikologis, kognitif, maupun sosial terhambat dalam mencapai kebutuhan/tujuan dan potensinya dengan maksimal. Contohnya meliputi : tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, memiliki gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental , gangguan emosional. Selain itu anak-anak yang berbakat dengan intelegensi tinggi juga dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran dan Rizzo , 1979).

Nah, jadi begitu deh kira-kira maksud dari anak spesial itu. Kalau untuk sebab adanya ABK ternyata beragam juga, loh. Bisa jadi karena si ibu terserang virus tokso, CMV, rubella, atau istilahnya lebih dikenal dengan TORCH. Kemudian juga bayi dalam kandungan mengalami keracunan air ketuban, terkena radiasi atau logam berat, si ibu mengandung tanpa sengaja makan makanan tidak layak makan (maksudnya mengandung bakteri, banyak vetsin atau bumbu semacamnya), dan bisa juga karena saat proses kelahiran (normal), si bayi tidak menangis atau membiru dikarenakan kekurangan oksigen (asfiksia). Asfiksia ini biasanya terjadi akibat kelahiran normal yang sulit dan terlalu lama jalan pembukaannya. Bisa juga kelahiran normal yang terpaksanya si bayi jadi harus divakum. Tapi bukan berarti divakum saat proses melahirkan akan berbahaya, loh. Ada kok yang bayinya baik-baik saja setelah divakum. Intinya sih tetap Allah yang menentukan bagaimana hidup dan matinya setiap ibu dan bayi saat proses melahirkan, ya.

Jadi dari sini, berdasarkan pengalamanku sendiri, aku mulai ingin berbagi bagaimana pentingnya perencanaan untuk memiliki buah hati - yang sehat. Misalnya : biaya cek TORCH memang sangat mahal. Namun biaya untuk mengurus 'anak spesial' ternyata malah lebih mahal, loh!. Sebabnya adalah ABK biasanya harus kontrol rutin ke dokter serta melakukan serangkaian terapi untuk mengejar ketertinggalannya. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari mereka mengalami Global Delay Development (GDD). Maka dari itu, anggaplah tes TORCH sebagai investasi untuk masa depan ibu dan bayi yang sehat. Kalau anaknya sehat, tentu itu harapan setiap orang tua, kan?. Berapapun uang yang dikeluarkan demi menghindari segala hal-hal yang tidak diinginkan kelak, seharusnya sih cek TORCH ini tidak akan menjadi masalah bagi setiap orang tua yang peduli kesehatan bayinya.

Perencanaan kehamilan sehat lainnya yaitu, 2-3 bulan pertama kehidupan janin ternyata (dari sepengetahuanku) paling penting untuk perkembangan otaknya. Jadi, jika memang sudah berencana akan hamil dan sudah paham tanda-tanda kehamilan, cepat-cepatlah lakukan testpack. Jangan menunda untuk mencari tahu apakah kamu sudah hamil atau belum. Ciri-ciri hamil memang hampir atau bahkan sama persis dengan ciri-ciri hadirnya haid. Akupun mengalami kebingungan itu dan sempet hasil testpack kurang jelas, apakah aku sudah positif atau masih negatif. So, ga ada salahnya kamu menyiapkan 2-3 buah testpack di rumah. Ga harus beli testpack dengan harga mahal, kok. Testpack yang harganya terjangkau juga berguna dan pastinya akurat. Misalnya ternyata terlihat tanda positif (ada 2 garis jelas maupun samar), segeralah ke dokter kandungan atau bidan agar kamu bisa langsung dapat vitamin penting yang dibutuhkan untuk perkembangan janin. Oiya, tingkat keakuratan hasil testpack lebih besar jika dilakukan pagi hari saat baru bangun tidur, ya.

Lalu jangan lupa untuk menjaga pola makan serta pola pikirnya. Mulailah hidup sehat (ya kalo bisa sih jangan pas hamil saja 😀). Jauh-jauh juga deh sama yang namanya stres. Rutin lakukan pemeriksaan ke dokter ogygen atau bidan. Nah, jika semuanya sudah dilakukan, Insha Allah ibu dan bayi aman berkualitas. Misalnya ternyata keadaan nantinya di luar kehendak kamu (seperti juga kehendakku, hiks), jangan sedih terlalu lama, ya. Anggaplah itu memang kehendak Illahi, dan pastinya ada hikmah yang harus kita jalani 😇

Semula aku pun sedih banget dan ada masa tidak ingin mengakui kalau anakku itu ternyata anak yang spesial. Namun ketika akhirnya ingin mencari tahu kondisi anakku ke dokter spesialis anak (DSA) dari rumah sakit yang berbeda-beda, ternyata ada yang bilang anakku down syndrome-lah, delay karena kurang oksigen-lah, cerebral palsy-lah, dan banyak lagi diagnosa yang membuatku semakin bingung tak menentu. Seiring berjalannya waktu, aku mulai berpikir "nanti saja deh cari penyebabnya!. Lebih baik aku mulai daftarkan anakku kontrol rutin ke setiap dokter spesialis khusus anak untuk mengecek kondisi apa yang kurang dari anakku ini. Anakku harus sedari dini dicek agar segera tertangani dan dapat mengejar ketertinggalannya.

Sebenarnya aku cukup menyesal karena terlambat menyadari ketidakberesan yang terjadi pada anakku ini. Aku baru melihat perkembangan anakku agak terlambat sejak umurnya sekitar 6 bulan. Padahal semenjak anakku lahir, DSA yang merawat anakku saat masih dalam inkubator sudah menjelaskan bahwa ank ini akan delay karena dia tidak menangis dan kekurangan oksigen. Namun aku tidak menghiraukan perkataannya karena anakku bisa bernapas layaknya bayi sehat, bisa minum ASI, dan bisa kubawa pulang di hari ke-4 setelah proses melahirkan.

Selanjutnya sampai anakku belum bisa tengkurep dan tidak ada kontak mata sama sekali sampai umur 6 bulan, aku mulai memikirkan maksud dari delay sesuai kata DSA waktu itu. Selain delay, "apakah anakku tidak melihat, tidak mendengar, atau ada hal lain yang tidak aku ketahui, ya?", begitu pikirku cemas. Akhirnya aku start action mulai dari ke DSA dari beragam rumah sakit untuk menyatukan beraneka diagnosa, dan dari situ kebanyakan dari DSAnya menyarankan agar anakku dirujuk ke segala dokter spesialis untuk mengecek semua organ tubuhnya. Anakku harus cek mata, telinga, jantung, paru-paru, otak, kromosom, tulang, dan sebagainya. Naaaaah, kan, itulah mengapa biaya merawat anak spesial sangat mahal harganya (huhuhu) 😭.

Setelah cek semuanya yang rata-rata tidak murah, alhamdulillah anakku memiliki 2 asuransi , swasta dan BPJS, dari kantor ayahnya. Panpan sebutan ayahnya, sedangkan diriku dipanggil bunbun 😀 (hehehe, unik kan..). Untuk kasus anakku, akhirnya didapat diagnosa mengalami microsephalus, yaitu ukuran lingkar kepalanya lebih kecil dari normal. Maka penting sekali loh untuk cek lingkar kepala ketika ada jadwal ke dokter anak sekedar untuk kontrol atau lakukan vaksin. Microsephalus ini yang mengakibatkan keterlambatan pola pikir maupun perkembangan motoriknya, baik motorik kasar maupun halus dikarenakan perkembangan otaknya yang kurang bekerja optimal. Hasil MRI menyatakan bahwa otak paling besar mengalami gangguan perkembangan (hikkkkksss...).

Selain masalah otak, anakku juga mengalami gangguan pendengaran stadium ringan serta gangguan penglihatan stadium sedang yang mengharuskan dia untuk menggunakan bantuan berupa kacamata. Ya Allah, bagaimana ga sedih banget anak sekecil dia yang kala itu baru berusia sekitar 8-9 bulan sudah harus memakai kacamata. Kami saja, orang dewasa, risih memakai kacamata, apalagi dirinya yang tergolong masih bayi, yekaaaan.. 😭. Untuk pemeriksaan lainnya seperti kromosom-nya alhamdulillah normal, organ vital seperti jantung, paru-paru pun baik-baik saja.

Dari serangkaian pemeriksaan itu, DSA lalu merujuk anakku ke dokter rehabilitas anak. Fungsinya agar anakku dapat segera menjalankan terapi untuk menunjang perkembangannya, baik motorik halus dan kasar, pola pikir, maupun tingkah laku. Terapinya terdiri dari (1) fisioterapi untuk mengatasi keterlambatan tengkurep, duduk , berdiri, dan berjalan. (2) Terapi wicara, agar bisa bubbling dan bisa berbicara jelas pada waktunya. (3) Terapi okupasi, agar bisa konsentrasi dan memanfaatkan fungsi dan koordinasi gerak mata juga tangannya. Terakhir adalah (4) terapi sensori integrasi, supaya dia dapat fokus dalam belajar maupun bersosialisasi.

DSA menyarankan pula agar tidak lupa memberikan anakku asupan gizi yang terbaik. Biasanya anak spesial lebih rawan terhadap serangan penyakit. Daya tahan tubuhnya lebih lemah dibandingi anak normal lainnya. Hal ini terbukti saat anakku mengalami batuk pilek saja, pernah hampir sebulan lamanya padahal sudah berganti-ganti obat tidak kunjung sembuh juga. Sedangkan anak tetangga (yang normal) tanpa obat pun masih bisa dibiarkan bermain. Tidak sama halnya dengan anakku ini, demam dengan suhu 38' celcius saja dikhawatirkan kejang. Kejang pertama kalinya di usianya 9 bulan membuatku panik. Suhunya mencapai 40' celcius saat dirinya kejang membiru tidak sadarkan diri selama sekitar 1 menit, padahal itu sudah dibawa ke rumah sakit terdekat. Kesal hatiku terhadap sekelompok dokter yang saat itu tugas jaga di IGD. Saat itu, kedatanganku saat dini hari sekitar pukul 2 pagi, namun anakku yang sudah sangat panas badannya hampir 2 jam lebih menunggu namun tidak juga diberikan obat penurun panas melainkan hanya disuruh menunggu DSA datang sehingga bisa menentukan dosisnya. "Memangnya tanya dosis saja tidak bisa melalui telepon?", begitu pikirku kesal tapi juga tidak ingin melawan peraturan rumah sakit.

Sampai akhirnya anakku memiliki riwayat kejang karena kelalaian dan keterlambatan dokter IGD dalam memberikan pertolongan pertama membuatku murka dan sempat melaporkan kejadian ini dalam media online. Hal ini bukan karena agar anakku ingin memperoleh perhatian lebih atau agar dokter-dokter tersebut disidang. Tapi agar kejadian ini tidak berulang kembali terhadap balita / anak lainnya karena serangan kejang pada anak bisa mempengaruhi kerja otak. Bahkan pada kasus yang lebih parah, bisa saja anak tersebut koma atau amit-amitnya kehilangan nyawa.

Yah, begitulah kira-kira kisah anakku ini. Jadi sekarang, anakku selain terus harus diperhatikan asupan makanan yang kaya akan gizi, diberikan pula sejumlah asupan vitamin dan madu, tidak ketinggalan diharuskan rajin jalankan terapi. Saat ini terapi yang didapat ada 2 macam, yakni fisioterapi dan terapi wicara. Walau masih terlambat perkembangannya dibandingkan anak seusianya, sedikit demi sedikit progress yang terlihat karena terapi tetap harus disyukuri.

Rajin terapi di RS Hermina Jatinegara, rajin stimulasi anakku sendiri di rumah salah satu kuncinya. Sebelumnya anakku konsumsi ASI ekslusif hingga usianya 20 bulan . Dikarenakan pola makanku kurang maksimal dicampur juga asupan obat yang terpaksanya aku konsumsi akibat batuk, pilek, demam yang tidak kunjung membaik (mungkin akibat pengaruh cuaca yang tidak menentu, pagi hujan, siang panas, begitu terus) membuatku menjadi kurang fit. Keinginanku memberikannya ASI selama 24 bulan jadi pupus. Namun itupun sudah lebih baik dibandingkan tidak sama sekali, aku bersyukur masih bisa memberikannya ASI.

Sampai di sini dulu ya ceritaku tentang status baruku, special needs mom. Semoga cerita ini menjadi kisah awal agar ibu-ibu dengan anak berkebutuhan khusus lainnya mengerti bahwa kamu tidak sendiri. Kita harus mampu dan yakin bahwa diberikan amanah oleh Yang Maha Kuasa agar bisa saling menguatkan.  Semangatttttt....!!! #Bismillah 😇

Salam, 


Aku (@arkina_mei - @xantriga - @iroiro_stuff)




Para Blogger Pasti Paham, Berikut 5 Alasan Blog Pribadi Tak Kunjung Update

 “Kok blog kamu jarang update , emang udah enggak aktif lagi, ya?” “Ngakunya blogger, tapi kok blog kamu malah jarang ter- update , sih?” ...